Kamis, 05 Januari 2017

Survey Konsumsi

No
Metode
Kegunaan
Persyaratan Responden
Kelebihan
Kelemahan
1.
Food Frequency
Untuk memperoleh data tentang frekuensi konsumsi sejumlah bahan makanan atau makanan jadi selama periode tertentu seperti hari, minggu, bulan atau  tahun.
Usia sampel lebih dari 12 tahun
-   Relatif murah
-   Cepat waktu penyelesaian
-   Responden tidak terlalu terbebani
-   Dapat dilakukan sendiri oleh responden
-   Dapat menggambakan diit saat ini dan masa lalu
-   Cocok untuk survey skala besar
-   Dapat membantu menjelaskan hubungan antar penyakit dan kebiasaan makan
-   Pola  makan tidak terpengaruh
-    Tidak dapat menghitung intake zat gizi sehari
-    Sulit mengembangkan kuesioner pengumpuulan data
-    Membuat pewawancara bosan
-    Perlu percobaan/penelitian pendahuluan untuk menentukan jenis bahan makanan yang masuk dalam daftar kuesioner
-    Responden harus jujur serta memiliki motivasi tinggi
2.
Dietary History
Memberikan gambaran pola konsumsi berdasarkan pengamatan dalam waktu yang cukup lama (bisa 1 minggu, 1 bulan, 1 tahun).
Responden harus bisa baca tulis
-   Dapat memberikan gambaran konsumsi pada periode yang panjang secara kualitatif dan kuantitatif.
-   Biaya relative murah.
-   Dapat digunakan di klinik gizi untuk membantu mengatasi masalah kesehatan yang berhubungan dengan diet pasien.

-    Terlalu membebani  pihak pengumpul data dan responden.
-    Sangat sensitive dan membutuhkan pengumpul data yang sangat terlatih.
-    Tidak cocok dipakai untuk survey- survey besar.

3.
Telepon
Digunakan terutama untuk daerah perkotaan untuk wawancara melaluui telepon tentang persediaan makanan yang dikonsumsi keluarga selama periode survey.

Responden harus mempunyai alat komunikasi berupa Handphone (HP)
-    Relatif cepat karena tidak harus mengunjungi responden.
-    Dapat mencakup responden lebih banyak.
-    Biaya relatif mahal untuk rekening telepon.
-    Sulit dilakukan untuk daerah yang belum mempunyai jaringan telepon.
-    Dapat menyebabkan terjadinya kesalahan interpretasi dari hasil informasi yang diberikan responden.
-    Sangat tergantung pada kejujuran dan motivasi serta kemampuan responden untuk menyampaikan makanan keluarganya.
4.
Pendaftaran Makanan
Untuk mengetahui bahan makanan (jumlah, harga ataupun nilai pembeliannya) termasuk makanan yang dikonsumsi di luar rumah dalam URT (biasanya 1-7 hari)

Responden harus mempunyai daya ingat yang baik, untuk mengingat makanan yang dikonsumsinya.
Relative murah
Kurang teliti karena sangat subyektif, tergantung daya ingat dan kejujuran responden
5.
Recall 24 jam
Untuk mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Jangka waktu minimal yang dibutuhkan untuk recall 24 jam konsumsi gizi adalah satu hari (dalam kondisi variasi konsumsi pangan dari hari ke hari tidak beragam) dan maksimal 7hari.
Responden, ibu atau pengasuh (bila anak masih kecil) disuruh menceritakan semua yang dimakan dan diminum selama 24 jam yang lalu (kemarin). Responden harus berusia    7 – 70 tahun,  harus memiliki daya ingat yang kuat

-    Mudah melaksanakannya serta tidak terlalu membebani responden
-    Biaya relative murah karena tidak memerlukan peralatan khusus dan tempat yang luas wawancara
-    Cepat, sehingga dapat mencakup banyak responden
-    Dapat digunakan untuk responden yang buta huruf
-    Dapat memberikan gambaran nyata yang benar-benar dikonsumsi individu sehingg dapat dihitung zat gizi sehari
-   Bila recall dilakukan hanya 1 hari tidak dapat menggambarkan asupan makanan setiap hari responden.
-   Ketepatannya sangat tergantung pada daya ingat responden.
-   The flat syndrome, yaitu kecendrungan responden yang kurus melaporkan konsumsinya lebih banyak dan bagi responden gemuk cenderung melaporkan konsumsinya lebih sedikit
-   Membutuhkan tenaga terlatih dan terampil dalam menggunakan alat-alat bantu URT dan ketepatan alat bantu yang dipakai menurut kebiasaan masyarakat.
-   Responden harus diberi motivasi dan penjelasan tentang tujuan dari penelitian
6.
Estimated Food Records
Untuk mencatat segala makanan dan minuman serta suplemen vitamin dan mineral maupun suplemen makanan lainnya yang dikonsumsi dari pagi sampai menjelang pagi (24 jam) dengan porsi atau ukuran rumah tangga yang dikonsumsi dan dilakukan dalam periode tertentu (3,4,7 hari berturut-turut) termasuk cara persiapan dan pengolahan makanan tersebut.
Responden harus bisa baca tulis

-    Relative murah, cepat, dan lebih akurat.
-    Dapat menjangkau sampel dalam jumlah besar dan diketahui konsumsi zat sehari.
-    Enumerator dan sampel di perlukan keterampilan baca tulis dan perlu motivasi
-    Menyebabkan beban bagi responden sehingga terkadang merubah kebiasaan makannya
-    Tidak dapat digunakan untuk responden buta huruf
-    Tergantung pada kejujuran dan kemampuan responden dalam memperkirakan jumlah konsumsi makanan.
-    Tidak representatif asupa biasa jika hanya dilakukan beberapa hari dan tidak sesuai diet masa lalu
-    Pengumpulan beberapa hari asupan tidak layak untuk epidemiologi
7.
Inventory
Untuk menghitung/ mengukur semua persediaan makanan di rumah tangga (berat dan jenisnya) mulai awal hingga akhir survey (biasanya 7 hari).

Responden yang sudah mampu/telah dilatih dan tidak buta huruf.
Hasil yang diperoleh lebih akurat karena sangat memperhitungkan semua bahan makanan baik yang tersisa, terbuang maupun rusak selama survey dilakukan.
-    Petugas harus terlatih dalam menggunakan alat ukur dan formulir pencatatan.
-    Tidak cocok untuk responden yang buta huruf, bila pencatatan dilakukan oleh responden.
-    Memerlukan peralatan sehingga biaya relatif lebih mahal.
-    Memerlukan waktu yang relatif lama
8.
Household Food Record
Pengukuran yang dilakukan dalam periode satu minggu oleh responden sendiri dengan menimbang atau mengukur dengan URT seluruh makanan yang ada di rumah, termasuk cara pengolahannya.
Responden harus bisa membaca dan menulis
-    Hasil yang diperoleh lebih akurat bila dilakukan dengan menimbang makanan
-    Dapat dihitung intake zat gizi keluarga.

-    Terlalu membebani responden.
-    Memerlukan biaya cukup mahal dan waktu yang lama
-    Tidak cocok untuk responden yang buta huruf.
9.
Food Weighing
Untuk menimbang makanan dan minuman sebelum makan, setelah selesai makan dan minum sisa makanan dan minuman ditimbang kembali. Berlangsung dalam satu hingga tujuh hari secara berurutan maupun tidak harinya mewakili satu atau beberapa hari kerja  dan libur.
-Responden atau petugas menimbang dan mencatat seluruh makanan yang dikonsumsi responden selama 1 hari.
-Responden harus bisa baca tulis
-Jika  responden berumur 7-9 tahun penimbangan dilakukan oleh orang tua

Sangat akurat karena tidak tergantung ingatan atu estimasi ukuran porsi        
(sebagai Gold Standard)
-   Memerlukan waktu dan biaya mahal kaarena perlu peralatan.
-   Bila dilakukan dalam waktu lama maka responden dapat merubah kebiasaan makannya.
-   Tenaga pengumpul data harus terampil serta perlu kerjasama yang baik dengan responden.
10.
Food Account
Untuk mencatat setiap hari semua makanan yang dibeli, diterima dari orang lain ataupun dari hasil produksi sendiri. Jumlah makanan dicatat dalam URT, termasuk harga eceran bahan makanan tersebut.

Responden harus jujur dalam melaporkan/ mencatat makanan dalam keluarga.
-   Cepat dan relatif murah.
-   Dapat diketahui tingkat ketersediaan bahan makanan keluarga pada periode tertentu.
-   Dapat diketahui daya beli keluarga terhadap bahan makanan.
-   Dapat menjangkau responden lebih banyak.
-    Kurang teliti sehingga tidak dapat menggambarkan tingkat konsumsi rumah tangga.
-    Sangat tergantung pada kejujuran responden untuk melaporkan/mencatat ma­kanan dalam keluarga.



Selasa, 21 April 2015

BAHAN TAMBAHAN MAKANAN

1.    Pengertian Bahan Tambahan Makanan/ Bahan Tambahan Pangan  ( BTM/ BTP)
a.   Bahan Tambahan Pangan (BTP) menurut Permenkes 722, 1988 adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan ingredien khas makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan ke dalam makanan untuk maksud teknologi (termasuk organoleptik) pada pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan, pegepakan, pengemasan, penyimpanan, atau pengangkutan makanan untuk menghasilkan atau diharapkan menghasilkan (langsung atau tidak langsung) suatu komponen atau mempengaruhi sifat khas makanan tersebut (Viana, 2012).
b.   Peraturan Pemerintah nomor 28 tahun 2004 tentang keamanan, mutu, dan gizi pangan pada bab I pasal 1 menyebutkan, yang dimaksud dengan adalah bahan yang ditambahkan ke dalam makanan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan atau produk makanan (Viana, 2012).
c.   Menurut FAO (1980), bahan tambahan pangan adalah senyawa yang sengaja ditambahkan ke dalam makanan dengan jumlah dan ukuran tertentu dan terlibat dalam proses pengolahan, pengemasan dan atau penyimpanan.
d.  Menurut codex, bahan tambahan pangan adalah bahan yang tidak lazim dikonsumsi sebagai makanan, yang dicampurkan secara sengaja pada proses pengolahan makanan. Bahan ini ada yang memiliki nilai gizi dan ada yang tidak. (Viana, 2012).
e.  Bahan Tambahan Pangan (BTP) adalah bahan atau campuran bahan yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi ditambahkan kedalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan antara lain bahan pewarna, pengawet, penyedap rasa, anti gumpal, pemucat dan pengental.
f.       BTM (bahan tambahan makanan) / zat aditif adalah zat-zat yang ditambahkan pada makanan selama proses produksi, pengemasan, atau penyimpanan maksud tertentu. (Effendi, 2012)

2.    Fungsi Bahan Tambahan Makanan
Bahan Tambahan Makanan ini berfungsi untuk memperbaiki warna, bentuk, cita rasa, dan tekstur, serta memperpanjang masa simpan, dan bukan merupakan bahan (ingredient) utama.

3.    Tujuan penambahan Bahan Tambahan Makanan
Tujuan penggunaan bahan tambahan pangan adalah dapat meningkatkan atau mempertahankan nilai gizi dan kualitas daya simpan, membuat bahan pangan lebih mudah dihidangkan, serta mempermudah preparasi bahan pangan.

Secara khusus tujuan penggunaan BTP dalam pangan adalah untuk:
1. Mengawetkan makanan dengan mencegah pertumbuhan mikroba perusak pangan atau mencegah terjadinya reaksi kimia yang dapat menurunkan mutu pangan.
2. Membentuk makanan menjadi lebih baik, renyah dan enak dimulut.
3. Memberikan warna dan aroma yang lebih menarik
4. Meningkatkan kualitas pangan.
5. Menghemat biaya.

4.    Jenis dan Cara penambahan Bahan Tambahan Makanan
Di Indonesia, penggunaan BTP telah diatur sejak tahun 1988 dalam Permenkes No. 722/MenKes/Per/IX/1988 yang dikuatkan dengan Permenkes No.1168/MenKes/Per/1999 menyebutkan bahwa yang termasuk BTP adalah pewarna, pemanis buatan, pengawet, antioksidan, antikempal, penyedap dan penguat rasa, pengatur keasaman, pemutih dan pematang tepung, pengemulsi, pengental, pengeras, dan sekuestran (untuk memantapkan warna dan tekstur makanan). (Puspasari, 2007).
a.    Berdasarkan Cara Penambahan
Pada umumnya bahan tambahan pangan dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu sebagai berikut:
a)    Bahan tambahan pangan yang ditambahkan dengan sengaja kedalam makanan, dengan mengetahui komposisi bahan tersebut dan maksud penambahan itu dapat mempertahankan kesegaran, cita rasa dan membantu pengolahan, sebagai contoh pengawet, pewarna dan pengeras.
b)    Bahan tambahan pangan yang tidak sengaja ditambahkan, yaitu bahan yang tidak mempunyai fungsi dalam makanan tersebut, terdapat secara tidak sengaja, baik dalam jumlah sedikit atau cukup banyak akibat perlakuan selama proses produksi, pengolahan, dan pengemasan. Bahan ini dapat pula merupakan residu atau kontaminan dari bahan yang sengaja ditambahkan untuk tujuan produksi bahan mentah atau penanganannya yang masih terus terbawa kedalam makanan yang akan dikonsumsi. Contoh bahan tambahan pangan dalam golongan ini adalah residu pestisida (termasuk insektisida, herbisida, fungisida, dan rodentisida), antibiotik, dan hidrokarbon aromatic polisiklis.

b.    Berdasarkan Fungsi
Berdasarkan fungsinya, menurut peraturan Menkes No. 235 tahun 1979, BTP dapat dikelompokan menjadi 14 yaitu : Antioksidan; Antikempal; Pengasam, penetral dan pendapar; Enzim; Pemanis; Pemutih dan pematang; Penambah gizi; Pengawet; Pengemulsi, pemantap dan pengental; Pengeras; Pewarna sintetis dan alami; Penyedap rasa da aroma, Sekuestran; dll.
a)    Antioksidan
Antioksidan merupakan senyawa yang dapat memperlambat oksidasi di dalam bahan pangan. Penggunaan antioksidan yaitu pada lemak hewani, minyak nabati, produk lemak tinggi, produk daging, produk ikan, dll. Antioksidan digunakan untuk mencegah terjadinya ketengikan pada makanan akibat proses oksidasi lemak, atau minyak yang terdapat di dalam makanan.
Jenis antioksidan :
1)    Antioksidan Alami : Asam askorbat,      Asam eritrobat, Askorbil palmitat,            Askorbil stearate,      Dilauril tiodipropionat,      Timah 2 klorida,      Alpatokoferol, Asam klorogenat, Flavonoid, Katekin Hidroksi sinamat, Dihidroflavon.
2)    Antioksidan Buatan: Butil hidroksianisol (BHA), Butil hidroksitoluen (BHT),       Propilgalat
b)     Antikempal
Antikempal adalah bahan tambahan pangan yang dapat mencegah mengempalnya pangan berupa serbuk dan tepung. Jenis antikempal :
·      Garam stearat
·      Kalsium fosfat
·      Natrium ferosianida
·      Magnesium oksida
·      Garam-garam asam silikat
c)    Pengasam / pengatur keasaman
Pengatur keasaman merupakan senyawa kima yang bersifat asam dan merupakan salah satu dari bahan tambahan pangan yang sengaja ditambahkan ke dalam pangan dengan berbagai tujuan.
Fungsi pengatur keasaman pada makanan adalah untuk membuat makanan menjadi lebih asam, lebih basa, atau menetralkan makanan. Pengatur keasaman mungkin ditambahkan langsung ke dalam makanan, tetapi seringkali terdapat di dalam bahan-bahan yang digunakan untuk membuat makanan. Beberapa pengatur keasaman yang diizinkan untuk digunakan dalam makanan, diantaranya adalah aluminium amonim/ kalium/ natrium sulfat, asam laktat, asam sitrat, kalium, dan natrium bikarbonat.
d)    Pewarna
Pewarna adalah bahan yang dapat memberikan atau memperbaiki warna pada makanan. Dengan menggunakan pewarna, makanan bisa tampak lebih menarik dan menjadi lebih bervariasi. Penambahan bahan pewarna pada makanan dilakukan untuk memberi kesan menarik bagi konsumen, menyeragamkan warna makanan, menstabilkan warna, menutupi perubahan warna selama proses pengolahan, dan mengatasi perubahan warna selama penyimpanan.
Secara garis besar berdasarkan sumbernya dikenal dua jenis zat pewarna, yaitu
1)    pewarna alami
•  Karamel, yaitu pewarna alami berwarna coklat yang dapat digunakan untuk mewarnai jem/jeli (200 mg/kg), acar ketimun dalam botol (300 mg/kg, dan yogurt beraroma (150 mg/kg)
·      Beta-karoten, yaitu pewarna alami berwarna merah-oranye yang dapat digunakan untuk mewarnai acar ketimun dalam botol (300 mg/kg), es krim (100 mg/kg), keju (600 mg/k, dan lemak dan minyak makan (secukupnya).
·      Klorofil, yaitu pewarna alami berwarna hijau yang digunakan untuk mewarnai jem/jeli (200 mg/kg) atau keju (secukupnya).
·      Kurkumin, yaitu pewarna alami berwarna kuning-oranye yang dapat digunakan untuk mewarnai es krrm dan sejenisnya (50 mg/kg), atau lemak dan minyak makan (secukupnya)
          Anato (orange)
          Kapsaisin (merah)
          Kunyit (kuning)
Selain itu ada juga pewarna alami yang lain yaitu: riboflavin, kobalamin, mioglobin,  hemoglobin, antosianin, flavonoid, thanin, betalain, quinon dan santon serta karotenoid.
2)    Pewarna sintetik
·         Eritrosit (merah)
·         Briliant Blue FCF (biru)
·         Ponceau 4R (merah terang)
·         Quinoline Yellow (kuning)
·         Carmoisine (merah)
·         Sunset Yellow (merah jingga)
·          Tartazine (kuning-jingga)
·         Amaranth (merah)
·          Indigotine
·         Nafthol yellow (kuning).
·         Eritrosit (merah)
Pemakaian bahan sintetis dalam pangan walaupun mempunyai dampak positif bagi konsumen dan produsen diantranya dapat membuat suatu pangan lebih menarik, meratakan warna pangan dan mengembalikan warna dari bahan dasar yang hilang atau berubah selama pengolahan juga mempunyai dampak negatif bila:
a.    Dimakan dalam jumlah kecil namun berulang
b.    Dimakan dalam jangka waktu lama
c.    Daya tahan tubuh yang berbeda-beda
d.   Pemakaian secara berlebihan
e.    Penyimpanan yang tidak memenuhi syarat
e)  Pemanis
1) Pemanis alami adalah pemanis yang dapat ditemukan dalam bahan alam meskipun prosesnya secara sintetik ataupun fermentasi. Contoh :
1.    Sukrosa                            7.  D-Fruktosa
2.    Laktosa                             8.  Sorbitol
3.    Maltosa                             9.  Manitol
4.    Galaktosa                         10 .  Gliserol
5.    D-Glukosa                        11.  Glisina
6.    Kayu  manis

2) Pemanis buatan adalah pemanis yang diproses secara kimiawi, dan senyawa tersebut tidak terdapat di alam. Contoh :
1.    Sakarin                              4. Dulsin
      2.    Siklamat                            5. Sorbitol sintesis
3.    Aspartam                           6. Nitro-propoksi anilin







f)     Pengawet
Zat pengawet dibedakan menjadi pengawet alami dan buatan
a.    Zat pengawet alami
·         Gula merah: Selain sebagai pemanis gula merah juga bersifat mengawetkan seperti halnya gula tebu.
·         Garam: Garam merupakan pengawet alami yang banyak dihasilkan dari penguapan air laut. Ikan asin dapat bertahan hingga berbulan-bulan karena pengaruh garam.
·         Kunyit: Kunyit, selain sebagai pewarna, juga berfungsi sebagai pengawet. Dengan penggunaan kunyit, tahu atau nasi kuning menjadi tidak cepat basi.
·         Kulit kayu manis: Di beberapa tempat di belahan Kulit kayu manis merupakan kulit kayu yang berfungsi sebagai pengawet karena banyak mengandung asam benzoat. Selain itu, kayu manis juga berfungsi sebagai pemanis dan pemberi aroma.
·         Cengkih :       Cengkih merupakan pengawet alami yang dihasilkan dari bunga tanaman cengkih. Selain sebagai pengawet, cengkih juga berfungsi sebagai penambah aroma.
b.    Zat pengawet buatan
·         Benzoat: Benzoat banyak ditemukan dalam bentuk asam benzoat maupun natrium benzoat (garamnya). Berbagai jenis soft drink (minuman ringan), sari buah, nata de coco, kecap, saus, selai, dan agar-agar diawetkan dengan menggunakan bahan jenis ini.
·         Sulfit: Bahan ini biasa dijumpai dalam bentuk garam kalium atau natrium bisulfit. Potongan kentang, sari nanas, dan udang beku biasa diawetkan dengan menggunakan bahan ini.
·         Propil galat: Digunakan dalam produk makanan yang mengandung minyak atau lemak dan permen karet serta untuk memperlambat ketengikan pada sosis. Propil galat juga dapat digunakan sebagai antioksidan.
·          Garam nitrit: Garam nitrit biasanya dalam bentuk kalium atau natrium nitrit. Bahan ini terutama sekali digunakan sebagai bahan pengawet keju, ikan, daging, dan juga daging olahan seperti sosis, atau kornet, serta makanan kering seperti kue kering. Perkembangan mikroba dapat dihambat dengan adanya nitrit ini. Misalnya, pertumbuhan clostridia di dalam daging yang dapat membusukkan daging.
·          Asam asetat: Asam asetat dikenal di kalangan masyarakat sebagai asam cuka. Bahan ini menghasilkan rasa masam dan jika jumlahnya terlalu banyak akan mengganggu selera karena bahan ini sama dengan sebagian isi dari air keringat kita. Asam asetat sering dipakai sebagai pelengkap ketika makan acar, mi ayam, bakso, atau soto. Asam asetat mempunyai sifat antimikroba. Makanan yang memakai pengawet asam cuka antara lain acar, saos tomat, dan saus cabai.
·         Propianat: Jenis bahan pengawet propianat yang sering digunakan adalah asam propianat dan garam kalium atau natrium propianat. Propianat selain menghambat kapang juga dapat menghambat pertumbuhan bacillus mesentericus yang menyebabkan kerusakan bahan makanan. Bahan pengawetan produk roti dan keju biasanya menggunakan bahan ini.
·          Sorbat: Sorbat yang terdapat di pasar ada dalam bentuk asam atau garam sorbat.Sorbat sering digunakan dalam pengawetan margarin, sari buah, keju, anggur, dan acar. Asam sorbat sangat efektif dalam menekan pertumbuhan kapang dan tidak memengaruhi cita rasa makanan pada tingkat yang diperbolehkan.

g)    Penyedap dan Penguat Rasa serta Aroma
Fungsi :
      Pemberi rasa sedap pada makanan (bumbu)
      Menimbulkan aroma tertentu
Klasifikasi:
•. Alami : Berasal dari tanaman
Contoh: Pala, merica, cabai, laos, ketumbar, daun salam, cengkeh, kayu manis.
• Buatan (sintetik)
Contoh:
Essence , ester senyawa organik. Essence ini mempunyai aroma menyerupai aroma buah.
·         Amil asetat menyerupai aroma pisang.
·         Amil kaproat menyerupai aroma apel dan nenas.
·         Benzil asetat menyerupai aroma strawberry
·         Sitronelal menyerupai aroma bunga
·         Monosodium glutamat (MSG) : Pembangkit cita rasa, menimbulkan rasa enak dan menekan rasa tidak enak.
h)    Pengemulsi/Pengental, pemantap dan pengemulsi
Fungsi:
·         Menimbulkan emulsi pada pangan.
·         Mengubah sifat tekstur dan keawetan. Menghasilkan produk    yang kental.  

           Bahan-bahan pengemulsi, pemantap dan penstabil yang diizinkan digunakan dalam makanan diantaranya agar, alginate, dekstrin, gelatine, gum, karagenan, lesitin, CMC, dan pektin.
Klasifikasi:
1)    .Alami : diekstrak dari sumber nabati atau hewani
Contoh: Garam empedu, fosfolipid, kholesterol dan Saponin
2)    . Sintetik (buatan)
Contoh: Ester sukrosa, monoester gliserol, ester sorbitan, ester komplek (laktat, tartrat dll)

Nama BTM
Jenis Bahan Pangan
DOSIS (g/kg)
Agar
Es krim, es puter
yoghurt,
keju
sardin,
10
5
8
20
Asam alginat
Sardin dan sejenisnya
Keju
Kaldu
20
5
3
Deskrin
Yoghurt,
Es krim, es puter
Kaldu
10
30
5
Gelatin
yoghurt,
keju
10
5
Gom
Es krim, es puter, sarden
Keju
Saus selada
yoghurt,
acar ketimun
10
8
7.5
5
0.5
Karagenan
sardin,
Es krim, es puter,
Yoghurt, keju, kaldu
20
10
5
Lesitin
Es krim, es puter, Keju, susu
Bubuk instan
Roti margarin
5

secukupnya
CMC
sardin,
Es krim, es puter,
Keju, krim
20
10
5
Pektin

Es krim, es puter,
sardin,
Yoghurt
Sirup
30
20
10
2.5

i)       Pengeras
Pengeras ditambahkan ke dalam makanan untuk membuat makanan menjadi lebih keras atau mencegah makanan menjadi lebih lunak. Beberapa bahan pengeras yang diizinkan untuk makanan diantaranya kalsium glukonat, kalsium klorida, dan kalsium sulfat, Al sulfat, Al Na sulfat untuk pengeras acar ketimun dalam botol.
j)      Sekuestran
Sekuestran adalah bahan yang dapat mengikat ion logam pada makanan sehingga memantapkan warna dan tekstur makanan, atau mencegah perubahan warna-warna makanan. Beberapa bahan sekuestrans yang diizinkan untuk makanan di antaranya adalah asam fosfat, iso propil sitrat, kalsium dinatrium edetat (EDTA), monokalium fosfat, dan natrium pirofosfat.
k)     Enzim
            Enzim yaitu BTP yang berasal dari hewan, tanaman atau mikroba, yang dapat menguraikan komponen pangan tertentu secara enzimatis, sehingga membuat makanan menjadi lebih empuk, lebih larut dll.. Humektan yaitu BTP yang dapat menyerap uap air sehingga mempertahankan kadar air bahan pangan.
l)      Penambah gizi.
Penambahan gizi yaitu penambahan berupa asam amino, mineral dan vitamin, baik tunggal maupun campuran yang dapat meningkatkan nilai gizi makanan.
1)    Lipid
          Alami : asam laktat
          Buatan :
    BHA (Butylated hydroxyanisole) dan BHT (Butylated hydroxytoluene)
       Sebagai antioksidan, Zat aditif yang harus dihindari
       Pada sereal, permen karet, potato chips, minyak sayur.
    Propyl gallate
·   Dipakai bersamaan dengan BHA/BHT, zat aditif berbahaya
·   Pada produk daging, sup ayam, permen karet
    Trans  fat
·   Konsumsi tidak > 2 gr/hari meningkatkan risiko penyakit degeneratif : PJK
    Olestra
Lemak sintetis : Olean, pada potato chips, mencegah  lemak diserap sistem pencernaan
Sering menyebabkan diare, kram perut

2)    Vitamin
·         Alami : Vit A, B1-12, C, D, E, K
·         Buatan : Vitamin K3 (menadion)
3)    MINERAL
·         Alami : I, P, Co, Cl, Mg, Mn, Cu, Ca, K, Zn, S, Na, F
·         Buatan : karnegieit à suhu rendah berbentuk antiklin, suhu tinggi berbentuk isometri
m)  Pemutih dan pematang tepung,
BTP yang dapat mempercepat proses pemutihan atau pematangan tepung sehingga memperbaiki mutu pemanggangan. Contohnya kalium bromat.   Asam askorbat (vit C), Aseton peroksida, Azodikarbonamida, Kalsium steroil 2 laktilat, natrium stearil fumarat dan natrium stroil 2 laktilat,  L sistein.



5.    Dosis yang diizinkan Bahan Tambahan Makanan

No
Jenis BTM
Nama BTM
Dosis/ Hari
1





2






3



4


5



6



7


8





9


10


11
Pengawet Makanan




Pewarna Makanan





Pemanis



Penyedap rasa & aroma

Pemutih & pematang tepung

Pengental



Pengeras


Anti oksidan





Pengatur keasaman

Anti kempal


Sekuestran
Asam Benzoat /Benzoic Acid                   
Sodium Benzoat/Pengawet     
Asam Propionat(Propionic Acid) 
Belerang Dioksida

Ponceau 4R/Pewarna Saos Sambal        
Merah Allura/Allura Red       
Erytrosine    
Kuning FCF
Sunset Yellow
   
Sakarin  
Sodium Siklamat 
Aspartam      
                     
  MSG    


Asam Askorbat
Aceton peroksida


Pectin Apple & Pectin Citrus
CMC/Carboxy Methyl Cellulose Calplus

FG                                       
Polis Alum Crystal (acar)

Ascorbic Acid


BHT


Asam Sitrat
Sodium Bikarbonat    

Magnesium Karbonat  
Magnesium Stearat 

Asam Fosfat
Citric Acid/Asam Sitrat

1g/kg

1 g/kg
2 g/kg
0,5 g/kg

0,07 g/kg

0,3 g/kg
0,3 g/kg



2,5mg/kgBB
11mg/kgBB
40mg/kgBB

120mg/kgBB


200mg/kgBB
Secukupnya


10g/kg
5g/kg


260mg/kg


500mg/kg produk daging

200mg/kg  anti tengik

3g/kg
2g/kg

20g/kg
      15g/kg

      5g/kg
secukupnya




       








:

D.   Efek samping (Bahaya atau Resiko Penggunaan Bahan Tambahan Makanan)
Bahan aditif juga bisa membuat penyakit jika tidak digunakan sesuai dosis, apalagi bahan aditif buatan atau sintetis. Penyakit yang biasa timbul dalam jangka waktu lama setelah menggunakan suatu bahan aditif adalah kanker, kerusakan ginjal, dan lain-lain. Maka dari itu pemerintah mengatur penggunaan bahan aditif makanan secara ketat dan juga melarang penggunaan bahan aditif makanan tertentu jika dapat menimbulkan masalah kesehatan yang berbahaya. Pemerintah juga melakukan berbagai penelitian guna menemukan bahan aditif makanan yang aman dan murah.





















Sumber :
Cahyadi ,W. 2012. Analisis Dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. PT Bumi Aksara. Jakarta
Effendi,S.2012. Teknologi Dan Pengawetan Pangan. CV  Alfabeta. Bandung
Saparinto, dkk. 2006. Bahan Tambahan Pangan. Kanisius. Yogyakarta
Tejasari. 2005. Nilai-Nilai Pangan.Graha Ilmu.Yogyakarta
Tranggono, dkk. 1990. Bahan Tambahan Pangan (Food Additive). Pusat Antar Universitas-Pangan dan Gizi. UGM.Yogyakarta
Winarno, F.G. 1991. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Puspasari,  Karen.  2007. Aplikasi Teknologi Dan Bahan Tambahan Pangan Untuk Meningkatkan Umur Simpan Mie Basah Matang. Diakses Di: Http://Repository.Ipb.Ac.Id/Bitstream/Handle/123456789/11791/F07kpu.Pdf pada tanggal 4 April 2014

Viana, Aktia. 2012. Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Guru Sekolah Dasar tentang Makanan yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan pada Sekolah Dasar di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli Tahun 2011. Diakses di: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/31260 pada tanggal 4 April 2014

.