1.
Pengertian Bahan Tambahan Makanan/
Bahan Tambahan Pangan ( BTM/ BTP)
a. Bahan Tambahan Pangan (BTP) menurut
Permenkes 722, 1988 adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan
dan biasanya bukan merupakan ingredien khas makanan, mempunyai atau tidak
mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan ke dalam makanan untuk
maksud teknologi (termasuk organoleptik) pada pembuatan, pengolahan, penyiapan,
perlakuan, pegepakan, pengemasan, penyimpanan, atau pengangkutan makanan untuk
menghasilkan atau diharapkan menghasilkan (langsung atau tidak langsung) suatu
komponen atau mempengaruhi sifat khas makanan tersebut (Viana, 2012).
b. Peraturan Pemerintah nomor 28 tahun
2004 tentang keamanan, mutu, dan gizi pangan pada bab I pasal 1 menyebutkan,
yang dimaksud dengan adalah bahan yang ditambahkan ke dalam makanan untuk
mempengaruhi sifat atau bentuk pangan atau produk makanan (Viana, 2012).
c. Menurut FAO (1980), bahan tambahan
pangan adalah senyawa yang sengaja ditambahkan ke dalam makanan dengan jumlah
dan ukuran tertentu dan terlibat dalam proses pengolahan, pengemasan dan atau
penyimpanan.
d. Menurut codex, bahan tambahan pangan
adalah bahan yang tidak lazim dikonsumsi sebagai makanan, yang dicampurkan
secara sengaja pada proses pengolahan makanan. Bahan ini ada yang memiliki
nilai gizi dan ada yang tidak. (Viana, 2012).
e. Bahan
Tambahan Pangan (BTP) adalah bahan atau campuran bahan yang secara alami bukan
merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi ditambahkan kedalam pangan
untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan antara lain bahan pewarna,
pengawet, penyedap rasa, anti gumpal, pemucat dan pengental.
f.
BTM (bahan tambahan makanan) / zat aditif adalah zat-zat yang ditambahkan pada makanan selama proses produksi,
pengemasan, atau penyimpanan maksud tertentu.
(Effendi, 2012)
2.
Fungsi Bahan Tambahan Makanan
Bahan
Tambahan Makanan
ini berfungsi untuk memperbaiki warna, bentuk, cita rasa, dan tekstur, serta
memperpanjang masa simpan, dan bukan merupakan bahan (ingredient) utama.
3. Tujuan
penambahan Bahan Tambahan Makanan
Tujuan penggunaan bahan tambahan
pangan adalah dapat meningkatkan atau mempertahankan nilai gizi dan kualitas
daya simpan, membuat bahan pangan lebih mudah dihidangkan, serta mempermudah
preparasi bahan pangan.
Secara khusus tujuan penggunaan BTP
dalam pangan adalah untuk:
1. Mengawetkan makanan dengan mencegah
pertumbuhan mikroba perusak pangan atau mencegah terjadinya reaksi kimia yang
dapat menurunkan mutu pangan.
2. Membentuk makanan menjadi lebih
baik, renyah dan enak dimulut.
3. Memberikan warna dan aroma yang
lebih menarik
4. Meningkatkan kualitas pangan.
5. Menghemat biaya.
4. Jenis
dan Cara penambahan Bahan Tambahan Makanan
Di Indonesia, penggunaan BTP telah
diatur sejak tahun 1988 dalam Permenkes No. 722/MenKes/Per/IX/1988 yang
dikuatkan dengan Permenkes No.1168/MenKes/Per/1999 menyebutkan bahwa yang
termasuk BTP adalah pewarna, pemanis buatan, pengawet, antioksidan, antikempal,
penyedap dan penguat rasa, pengatur keasaman, pemutih dan pematang tepung,
pengemulsi, pengental, pengeras, dan sekuestran (untuk memantapkan warna dan
tekstur makanan). (Puspasari, 2007).
a.
Berdasarkan
Cara Penambahan
Pada
umumnya bahan tambahan pangan dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu
sebagai berikut:
a)
Bahan
tambahan pangan yang ditambahkan dengan sengaja kedalam makanan, dengan
mengetahui komposisi bahan tersebut dan maksud penambahan itu dapat
mempertahankan kesegaran, cita rasa dan membantu pengolahan, sebagai contoh
pengawet, pewarna dan pengeras.
b)
Bahan
tambahan pangan yang tidak sengaja ditambahkan, yaitu bahan yang tidak
mempunyai fungsi dalam makanan tersebut, terdapat secara tidak sengaja, baik
dalam jumlah sedikit atau cukup banyak akibat perlakuan selama proses produksi,
pengolahan, dan pengemasan. Bahan ini dapat pula merupakan residu atau
kontaminan dari bahan yang sengaja ditambahkan untuk tujuan produksi bahan
mentah atau penanganannya yang masih terus terbawa kedalam makanan yang akan
dikonsumsi. Contoh bahan tambahan pangan dalam golongan ini adalah residu
pestisida (termasuk insektisida, herbisida, fungisida, dan rodentisida),
antibiotik, dan hidrokarbon aromatic polisiklis.
b.
Berdasarkan
Fungsi
Berdasarkan fungsinya, menurut
peraturan Menkes No. 235 tahun 1979, BTP dapat dikelompokan menjadi 14 yaitu :
Antioksidan; Antikempal; Pengasam, penetral dan pendapar; Enzim; Pemanis;
Pemutih dan pematang; Penambah gizi; Pengawet; Pengemulsi, pemantap dan
pengental; Pengeras; Pewarna sintetis dan alami; Penyedap rasa da aroma,
Sekuestran; dll.
a) Antioksidan
Antioksidan merupakan senyawa yang
dapat memperlambat oksidasi di dalam bahan pangan. Penggunaan antioksidan yaitu
pada lemak hewani, minyak nabati, produk lemak tinggi, produk daging, produk
ikan, dll. Antioksidan digunakan untuk mencegah terjadinya ketengikan pada
makanan akibat proses oksidasi lemak, atau minyak yang terdapat di dalam
makanan.
Jenis antioksidan :
1) Antioksidan Alami : Asam askorbat, Asam eritrobat, Askorbil palmitat, Askorbil stearate, Dilauril tiodipropionat, Timah 2 klorida, Alpatokoferol, Asam klorogenat,
Flavonoid, Katekin Hidroksi sinamat, Dihidroflavon.
2) Antioksidan Buatan: Butil
hidroksianisol (BHA), Butil hidroksitoluen (BHT), Propilgalat
b)
Antikempal
Antikempal adalah bahan tambahan
pangan yang dapat mencegah mengempalnya pangan berupa serbuk dan tepung. Jenis
antikempal :
·
Garam stearat
·
Kalsium fosfat
·
Natrium ferosianida
·
Magnesium oksida
·
Garam-garam asam silikat
c)
Pengasam
/ pengatur keasaman
Pengatur keasaman merupakan senyawa kima yang bersifat asam
dan merupakan salah satu dari bahan tambahan pangan yang sengaja ditambahkan ke
dalam pangan dengan berbagai tujuan.
Fungsi
pengatur keasaman pada makanan adalah untuk membuat makanan menjadi lebih asam,
lebih basa, atau menetralkan makanan. Pengatur keasaman mungkin ditambahkan
langsung ke dalam makanan, tetapi seringkali terdapat di dalam bahan-bahan yang
digunakan untuk membuat makanan. Beberapa pengatur keasaman yang diizinkan
untuk digunakan dalam makanan, diantaranya adalah aluminium amonim/ kalium/
natrium sulfat, asam laktat, asam sitrat, kalium, dan natrium bikarbonat.
d)
Pewarna
Pewarna adalah
bahan yang dapat memberikan atau memperbaiki warna pada makanan. Dengan
menggunakan pewarna, makanan bisa tampak lebih menarik dan menjadi lebih
bervariasi. Penambahan bahan pewarna pada makanan dilakukan untuk memberi kesan
menarik bagi konsumen, menyeragamkan warna makanan, menstabilkan warna,
menutupi perubahan warna selama proses pengolahan, dan mengatasi perubahan
warna selama penyimpanan.
Secara garis besar berdasarkan sumbernya dikenal dua
jenis zat pewarna, yaitu
1)
pewarna alami
• Karamel, yaitu pewarna alami berwarna coklat
yang dapat digunakan untuk mewarnai jem/jeli (200 mg/kg), acar ketimun dalam
botol (300 mg/kg, dan yogurt beraroma (150 mg/kg)
·
Beta-karoten,
yaitu pewarna alami berwarna merah-oranye yang dapat digunakan untuk mewarnai
acar ketimun dalam botol (300 mg/kg), es krim (100 mg/kg), keju (600 mg/k, dan
lemak dan minyak makan (secukupnya).
·
Klorofil,
yaitu pewarna alami berwarna hijau yang digunakan untuk mewarnai jem/jeli (200
mg/kg) atau keju (secukupnya).
·
Kurkumin,
yaitu pewarna alami berwarna kuning-oranye yang dapat digunakan untuk mewarnai
es krrm dan sejenisnya (50 mg/kg), atau lemak dan minyak makan (secukupnya)
•
Anato (orange)
•
Kapsaisin
(merah)
•
Kunyit (kuning)
Selain itu ada
juga pewarna alami yang lain yaitu: riboflavin, kobalamin,
mioglobin, hemoglobin,
antosianin, flavonoid, thanin, betalain, quinon dan santon serta karotenoid.
2)
Pewarna sintetik
·
Eritrosit
(merah)
·
Briliant Blue
FCF (biru)
·
Ponceau 4R
(merah terang)
·
Quinoline
Yellow (kuning)
·
Carmoisine
(merah)
·
Sunset Yellow
(merah jingga)
·
Tartazine
(kuning-jingga)
·
Amaranth
(merah)
·
Indigotine
·
Nafthol
yellow (kuning).
·
Eritrosit
(merah)
Pemakaian bahan sintetis dalam pangan walaupun mempunyai
dampak positif bagi konsumen dan produsen diantranya dapat membuat suatu pangan
lebih menarik, meratakan warna pangan dan mengembalikan warna dari bahan dasar
yang hilang atau berubah selama
pengolahan juga mempunyai dampak negatif bila:
a.
Dimakan dalam jumlah kecil namun berulang
b.
Dimakan dalam jangka waktu lama
c.
Daya tahan tubuh yang berbeda-beda
d.
Pemakaian secara berlebihan
e. Penyimpanan yang tidak memenuhi syarat
e) Pemanis
1) Pemanis alami adalah
pemanis yang dapat ditemukan dalam bahan alam meskipun prosesnya secara
sintetik ataupun fermentasi. Contoh :
1.
Sukrosa 7. D-Fruktosa
2.
Laktosa
8. Sorbitol
3.
Maltosa
9. Manitol
4.
Galaktosa 10 . Gliserol
5. D-Glukosa
11. Glisina
6.
Kayu manis
2) Pemanis buatan adalah
pemanis yang diproses secara kimiawi, dan senyawa tersebut tidak terdapat di
alam. Contoh :
1.
Sakarin
4.
Dulsin
2.
Siklamat
5. Sorbitol sintesis
3.
Aspartam
6. Nitro-propoksi anilin
f) Pengawet
Zat pengawet dibedakan
menjadi pengawet alami dan buatan
a.
Zat pengawet alami
·
Gula merah: Selain sebagai pemanis
gula merah juga bersifat mengawetkan seperti halnya gula tebu.
·
Garam: Garam merupakan pengawet
alami yang banyak dihasilkan dari penguapan air laut. Ikan asin dapat bertahan
hingga berbulan-bulan karena pengaruh garam.
·
Kunyit: Kunyit, selain sebagai
pewarna, juga berfungsi sebagai pengawet. Dengan penggunaan kunyit, tahu atau
nasi kuning menjadi tidak cepat basi.
·
Kulit kayu manis: Di beberapa tempat
di belahan Kulit kayu manis merupakan kulit kayu yang berfungsi sebagai
pengawet karena banyak mengandung asam benzoat. Selain itu, kayu manis juga
berfungsi sebagai pemanis dan pemberi aroma.
·
Cengkih
: Cengkih merupakan pengawet alami yang
dihasilkan dari bunga tanaman cengkih. Selain sebagai pengawet, cengkih juga
berfungsi sebagai penambah aroma.
b.
Zat pengawet buatan
·
Benzoat: Benzoat banyak ditemukan
dalam bentuk asam benzoat maupun natrium benzoat (garamnya). Berbagai jenis
soft drink (minuman ringan), sari buah, nata de coco, kecap, saus, selai, dan
agar-agar diawetkan dengan menggunakan bahan jenis ini.
·
Sulfit: Bahan ini biasa dijumpai
dalam bentuk garam kalium atau natrium bisulfit. Potongan kentang, sari nanas,
dan udang beku biasa diawetkan dengan menggunakan bahan ini.
·
Propil galat: Digunakan dalam produk
makanan yang mengandung minyak atau lemak dan permen karet serta untuk
memperlambat ketengikan pada sosis. Propil galat juga dapat digunakan sebagai
antioksidan.
·
Garam
nitrit: Garam nitrit biasanya dalam bentuk kalium atau natrium nitrit. Bahan
ini terutama sekali digunakan sebagai bahan pengawet keju, ikan, daging, dan
juga daging olahan seperti sosis, atau kornet, serta makanan kering seperti kue
kering. Perkembangan mikroba dapat dihambat dengan adanya nitrit ini. Misalnya,
pertumbuhan clostridia di dalam daging yang dapat membusukkan daging.
·
Asam
asetat: Asam asetat dikenal di kalangan masyarakat sebagai asam cuka. Bahan ini
menghasilkan rasa masam dan jika jumlahnya terlalu banyak akan mengganggu
selera karena bahan ini sama dengan sebagian isi dari air keringat kita. Asam
asetat sering dipakai sebagai pelengkap ketika makan acar, mi ayam, bakso, atau
soto. Asam asetat mempunyai sifat antimikroba. Makanan yang memakai pengawet
asam cuka antara lain acar, saos tomat, dan saus cabai.
·
Propianat: Jenis bahan pengawet
propianat yang sering digunakan adalah asam propianat dan garam kalium atau
natrium propianat. Propianat selain menghambat kapang juga dapat menghambat
pertumbuhan bacillus mesentericus yang menyebabkan kerusakan bahan makanan.
Bahan pengawetan produk roti dan keju biasanya menggunakan bahan ini.
·
Sorbat:
Sorbat yang terdapat di pasar ada dalam bentuk asam atau garam sorbat.Sorbat
sering digunakan dalam pengawetan margarin, sari buah, keju, anggur, dan acar.
Asam sorbat sangat efektif dalam menekan pertumbuhan kapang dan tidak
memengaruhi cita rasa makanan pada tingkat yang diperbolehkan.
g)
Penyedap
dan Penguat Rasa serta Aroma
Fungsi
:
–
Pemberi
rasa sedap pada makanan (bumbu)
–
Menimbulkan
aroma tertentu
Klasifikasi:
•.
Alami : Berasal dari tanaman
Contoh: Pala, merica, cabai, laos,
ketumbar, daun salam, cengkeh, kayu manis.
•
Buatan (sintetik)
Contoh:
Essence
, ester senyawa organik. Essence ini mempunyai aroma menyerupai aroma buah.
·
Amil
asetat menyerupai aroma pisang.
·
Amil
kaproat menyerupai aroma apel dan nenas.
·
Benzil
asetat menyerupai aroma strawberry
·
Sitronelal
menyerupai aroma bunga
·
Monosodium
glutamat (MSG) : Pembangkit cita rasa, menimbulkan rasa enak dan menekan rasa
tidak enak.
h) Pengemulsi/Pengental, pemantap dan
pengemulsi
Fungsi:
·
Menimbulkan
emulsi pada pangan.
·
Mengubah
sifat tekstur dan keawetan. Menghasilkan produk yang kental.
Bahan-bahan
pengemulsi, pemantap dan penstabil yang diizinkan digunakan dalam makanan
diantaranya agar, alginate, dekstrin, gelatine, gum, karagenan, lesitin, CMC,
dan pektin.
Klasifikasi:
1)
.Alami : diekstrak dari sumber
nabati atau hewani
Contoh: Garam empedu, fosfolipid,
kholesterol dan Saponin
2)
. Sintetik (buatan)
Contoh: Ester sukrosa, monoester
gliserol, ester sorbitan, ester komplek (laktat, tartrat dll)
Nama BTM
|
Jenis
Bahan Pangan
|
DOSIS
(g/kg)
|
Agar
|
Es krim, es
puter
yoghurt,
keju
sardin,
|
10
5
8
20
|
Asam
alginat
|
Sardin dan
sejenisnya
Keju
Kaldu
|
20
5
3
|
Deskrin
|
Yoghurt,
Es krim,
es puter
Kaldu
|
10
30
5
|
Gelatin
|
yoghurt,
keju
|
10
5
|
Gom
|
Es krim,
es puter, sarden
Keju
Saus
selada
yoghurt,
acar
ketimun
|
10
8
7.5
5
0.5
|
Karagenan
|
sardin,
Es krim,
es puter,
Yoghurt,
keju, kaldu
|
20
10
5
|
Lesitin
|
Es krim,
es puter, Keju, susu
Bubuk
instan
Roti
margarin
|
5
secukupnya
|
CMC
|
sardin,
Es krim,
es puter,
Keju, krim
|
20
10
5
|
Pektin
|
Es krim,
es puter,
sardin,
Yoghurt
Sirup
|
30
20
10
2.5
|
i)
Pengeras
Pengeras
ditambahkan ke dalam makanan untuk membuat makanan menjadi lebih keras atau
mencegah makanan menjadi lebih lunak. Beberapa bahan pengeras yang diizinkan
untuk makanan diantaranya kalsium glukonat, kalsium klorida, dan kalsium sulfat,
Al sulfat, Al Na sulfat
untuk pengeras acar ketimun dalam botol.
j)
Sekuestran
Sekuestran
adalah bahan yang dapat mengikat ion logam pada makanan sehingga memantapkan
warna dan tekstur makanan, atau mencegah perubahan warna-warna makanan. Beberapa
bahan sekuestrans yang diizinkan untuk makanan di antaranya adalah asam fosfat,
iso propil sitrat, kalsium dinatrium edetat (EDTA), monokalium fosfat, dan
natrium pirofosfat.
k) Enzim
Enzim yaitu BTP yang berasal dari
hewan, tanaman atau mikroba, yang dapat menguraikan komponen pangan tertentu
secara enzimatis, sehingga membuat makanan menjadi lebih empuk, lebih larut
dll.. Humektan yaitu BTP yang dapat menyerap uap air sehingga mempertahankan
kadar air bahan pangan.
l)
Penambah gizi.
Penambahan gizi
yaitu penambahan berupa asam amino, mineral dan vitamin, baik tunggal maupun
campuran yang dapat meningkatkan nilai gizi makanan.
1)
Lipid
•
Alami : asam
laktat
•
Buatan :
– BHA (Butylated hydroxyanisole) dan BHT (Butylated
hydroxytoluene)
•
Sebagai antioksidan, Zat aditif yang harus dihindari
•
Pada sereal, permen karet, potato chips, minyak
sayur.
–
Propyl gallate
·
Dipakai
bersamaan dengan BHA/BHT, zat aditif berbahaya
·
Pada produk daging, sup ayam, permen karet
– Trans fat
·
Konsumsi tidak
> 2 gr/hari meningkatkan
risiko penyakit degeneratif : PJK
– Olestra
Lemak sintetis : Olean, pada potato chips, mencegah
lemak diserap sistem pencernaan
Sering menyebabkan diare, kram perut
2) Vitamin
·
Alami : Vit A,
B1-12, C, D, E, K
·
Buatan :
Vitamin K3 (menadion)
3) MINERAL
·
Alami : I, P,
Co, Cl, Mg, Mn, Cu, Ca, K, Zn, S, Na, F
·
Buatan :
karnegieit à suhu rendah berbentuk antiklin, suhu tinggi berbentuk
isometri
m) Pemutih dan pematang tepung,
BTP yang dapat mempercepat proses
pemutihan atau pematangan tepung sehingga memperbaiki mutu pemanggangan.
Contohnya kalium bromat. Asam askorbat (vit C), Aseton peroksida, Azodikarbonamida,
Kalsium steroil 2 laktilat, natrium stearil fumarat dan natrium stroil 2
laktilat, L sistein.
5. Dosis
yang diizinkan Bahan Tambahan Makanan
No
|
Jenis BTM
|
Nama
BTM
|
Dosis/ Hari
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
|
Pengawet Makanan
Pewarna Makanan
Pemanis
Penyedap rasa & aroma
Pemutih & pematang tepung
Pengental
Pengeras
Anti oksidan
Pengatur keasaman
Anti kempal
Sekuestran
|
Asam Benzoat /Benzoic Acid
Sodium
Benzoat/Pengawet
Asam
Propionat(Propionic Acid)
Belerang Dioksida
Ponceau
4R/Pewarna Saos Sambal
Merah Allura/Allura Red
Erytrosine
Kuning FCF
Sunset Yellow
Sakarin
Sodium Siklamat
Aspartam
MSG
Asam Askorbat
Aceton peroksida
Pectin Apple & Pectin Citrus
CMC/Carboxy Methyl
Cellulose Calplus
FG
Polis Alum Crystal (acar)
Ascorbic Acid
BHT
Asam Sitrat
Sodium Bikarbonat
Magnesium Karbonat
Magnesium Stearat
Asam Fosfat
Citric Acid/Asam Sitrat
|
1g/kg
1 g/kg
2 g/kg
0,5 g/kg
0,07 g/kg
0,3 g/kg
0,3 g/kg
2,5mg/kgBB
11mg/kgBB
40mg/kgBB
120mg/kgBB
200mg/kgBB
Secukupnya
10g/kg
5g/kg
260mg/kg
500mg/kg produk daging
200mg/kg anti tengik
3g/kg
2g/kg
20g/kg
15g/kg
5g/kg
secukupnya
|
:
D. Efek samping (Bahaya
atau Resiko Penggunaan Bahan Tambahan Makanan)
Bahan aditif juga bisa
membuat penyakit jika tidak digunakan sesuai dosis, apalagi bahan aditif buatan atau sintetis. Penyakit yang biasa timbul dalam jangka
waktu lama setelah menggunakan suatu bahan aditif adalah kanker, kerusakan ginjal, dan lain-lain. Maka dari itu pemerintah mengatur penggunaan bahan aditif makanan
secara ketat dan juga melarang penggunaan bahan aditif makanan tertentu jika
dapat menimbulkan masalah kesehatan yang berbahaya. Pemerintah juga melakukan
berbagai penelitian guna menemukan bahan aditif makanan yang aman dan murah.
Sumber :
Cahyadi ,W. 2012. Analisis Dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. PT Bumi Aksara.
Jakarta
Effendi,S.2012. Teknologi Dan Pengawetan Pangan. CV
Alfabeta. Bandung
Saparinto, dkk. 2006. Bahan
Tambahan Pangan. Kanisius.
Yogyakarta
Tejasari. 2005. Nilai-Nilai Pangan.Graha Ilmu.Yogyakarta
Tranggono,
dkk. 1990. Bahan Tambahan Pangan (Food
Additive). Pusat Antar Universitas-Pangan dan Gizi. UGM.Yogyakarta
Winarno, F.G. 1991. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Puspasari, Karen.
2007. Aplikasi Teknologi Dan Bahan
Tambahan Pangan Untuk Meningkatkan Umur Simpan Mie Basah Matang. Diakses
Di: Http://Repository.Ipb.Ac.Id/Bitstream/Handle/123456789/11791/F07kpu.Pdf
pada tanggal 4 April 2014
Viana,
Aktia. 2012. Pengetahuan, Sikap dan
Tindakan Guru Sekolah Dasar tentang Makanan yang Mengandung Bahan Tambahan
Pangan pada Sekolah Dasar di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli Tahun 2011.
Diakses di: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/31260 pada tanggal 4
April 2014
.